Ikat Pinggang Mencerminkan Kadar Kolesterol

Ikat Pinggang Mencerminkan Kadar Kolesterol

Sugeng Wiyono

MEMBACA judul di atas, diperoleh dua pengertian yang sangat kontroversi. Pertama tentang ikat pinggang yaitu sekadar asesoris yang selalu dikenakan hampir semua orang setiap hari. Kedua, tentang kolesterol, yang memberi kesan menakutkan, karena orang senantiasa mengaitkan dengan penyakit jantung koroner.

Menurut survei kesehatan rumah tangga (SKRT, 1995) penyakit jantung koroner merupakan penyebab nomor wahid kematian. Tetapi, itulah kesimpulan dari suatu penelitian tentang hubungan antara kandungan lemak dengan rongga perut dengan kadar Kolesterol. Untuk lebih jelas, mari kita urai lebih lanjut.

Kelebihan energi makanan yang kita konsumsi setiap hari secara kumulatif akan ditimbun sebagai cadangan energi berupa lemak tubuh. Dengan menggunakan Caliper, bagian-bagian tubuh yang sering dilakukan pengukuran untuk mengetahui adanya lemak tubuh antara lain pada lengan atas bagian depan/biceps, lengan atas bagian belakang/triceps, pada bagian belakang tubuh tepatnya pada bagian tulang belikat/subscapula dan pada suprailiaca.

Menurut MD Van Loan (1996) bahwa lemak tubuh yang berhubungan dengan penyakit jantung adalah timbunan lemak di dalam rongga perut. Sementara, BjOntOrp (1991) menyatakan bahwa lemak di dalam rongga perut merupakan prediktor kuat terhadap penyakit jantung, pembuluh darah, dan diabetes melitus. Pakar lainnya, ML Wahlqvist (1977) bahwa lemak di dalam rongga perut merupakan pemicu untuk terjadinya diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidaemia, dan penyakit kardiovaskuler. Sedangkan menurut Ellissa Epel (2000) dari San Fransisco bahwa untuk wanita berbadan kurus yang sering stres akan meningkatkan sekresi hormon kortisol yang dapat memicu penimbunan lemak di rongga perut sebagai penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan stroke serta diabetes melitus.

Menurut Lapidus (1994) secara teknis untuk mengetahui adanya timbunan lemak di dalam rongga perut yaitu dengan melihat nilai bagi antara lingkar pinggang dengan lingkar pinggul atau lebih dikenal sebagai nilai rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP) atau waist to hip ratio. Dengan menggunakan pita meteran yang biasa digunakan penjahit, lingkar pinggang diukur tepat atau sentimeter di atas pusar, dan untuk lingkar pinggul diukur tepat pada bagian pertengahan bokong.

Nilai RLPP yang tinggi mencerminkan banyaknya timbunan lemak pada rongga perut. Selanjutnya Bray (1996) membagi RLPP menjadi dua kategori, yaitu kategori RLPP tinggi dan RLPP rendah. Untuk pria dianggap tinggi jika nilai RLPP lebih dari 0.95 dan untuk wanita lebih dari 0.80. Selain itu lemak tubuh juga sebagai cerminan terjadinya kelebihan berat badan/overweight atau kegemukan/obesitas. Sementara, Hipocrates (460-359 SM) yang lebih dikenal sebagai bapak ilmu pengetahuan, sejak jauh hari telah menyatakan bahwa orang gemuk lebih cepat meninggal.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa lemak tubuh sangat dekat dengan berbagai penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif yang sangat populer yaitu penyakit jantung koroner. Salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner adalah karena terjadinya dislipidaemia.

Manifestasi dislipidaemia adalah tingginya jenis kolesterol total dan tingginya kolesterol LDL serta rendahnya jenis kolesterol HDL. Kolesterol total di masyarakat lebih dikenal sebagai kolesterol saja. Sedangkan kolesterol LDL lebih dikenal sebagai jenis kolesterol jahat, karena dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pembuluh koroner dan mengirim serta menimbun kolesterol pada pembuluh koroner dan bersifat sangat aterogenik.

Jika dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, maka peningkatan 1,0 persen risiko PJK untuk setiap kenaikan 1 mg/dl kolesterol LDL. Oleh karena itu, usahakan untuk selalu rendah kadar kolesterol LDL anda (di bawah 130 mg/dl) dan rendah kolesterol total (di bawah 200 mg/dl). Sebaliknya jenis kolesterol HDL sangat dikenal sebagai kolesterol baik, karena sebagai inti oksidan yang dapat menghambat produksi peroksidase lemak atau mencegah terjadinya oksidasi LDL dan dapat mengurangi pembekuan darah. Jika dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, bahwa risiko penyakit jantung akan berkurang 2-3 persen untuk setiap penambahan 1 mg/dl kolesterol HDL. Oleh karena itu, usahakan selalu tinggi kadar kolesterol HDL Anda (di atas 45 mg/dl).

Sebagai bukti dugaan tentang adanya kaitan antara lemak di dalam rongga perut yang dinyatakan dengan nilai RLPP dengan kadar kolesterol, maka telah dilakukan penelitian di Kota Surabaya. Hasilnya bahwa secara bermakna ada hubungan positif secara paralel antara RLPP dengan kolesterol LDL dan kolesterol total. Artinya, semakin tinggi nilai RLPP atau semakin banyak timbunan lemak di dalam rongga perut akan diikuti dengan tingginya kadar kolesterol LDL juga diikuti dengan meningkatnya kolesterol total.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kadar kolesterol LDL dan kolesterol total semakin panjang ikat pinggang seseorang orang tersebut. Atau kadar kolesterol LDL dan kadar kolesterol total berbanding lurus dengan panjang ikat pinggang. Untuk menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL, selain obat-obatan adalah dengan menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal.

Sedangkan untuk kolesterol HDL, secara bermakna ada hubungan negatif secara paralel antara RLPP dengan kolesterol HDL. Artinya semakin tinggi nilai RLPP atau semakin banyak timbunan lemak di dalam rongga perut akan diikuti dengan merendahnya kadar kolesterol HDL. Secara sederhana dapat dikakan bahwa semakin panjang ikat pinggang seseorang, maka akan semakin rendah kadar kolesterol HDL orang tersebut. Atau kadar kolesterol HDL berbanding terbalik dengan panjang ikat pinggang. Untuk meningkatkan kadar kolesterol HDL, selain obat-obatan adalah dengan meningkatkan aktifitas fisik, menurunkan berat badan dan tidak merokok.

Suatu penelitian membuktikan bahwa dengan melakukan senam aerobik dan lari jogging yang memerlukan 6 kilokalori per menit selama satu jam 3-4 kali per minggu dalam kurun waktu enam bulan dapat meningkatkan kolesterol HDL mencapai 33,83 persen. Selain itu bahwa setiap penurunan 0,5 kg lemak akan terjadi peningkatan satu persen kolesterol HDL.

Penelitian lain membuktikan bahwa secara bermakna individu yang merokok memiliki kadar kolesterol HDL lebih rendah sebesar 6,5 mg/dl. Penelitian lain di Nashville's Vanderblt University menyatakan bahwa setelah seminggu berhenti merokok, maka terjadi peningkatan 15 persen atau sekitar 7 point kadar HDL. Sementara, menurut Elzbieta Kurowska dari Universitas of Western Ontario bahwa flavonoid yang terdapat dalam jeruk juga dapat meningkatkan kolesterol HDL.

Demikianlah uraian tentang kajian kaitan antara lemak di dalam rongga perut dengan kadar kolesterol. Ada baiknya jika secara dini kita deteksi kemungkinan adanya timbunan lemak di dalam rongga perut sekaligus untuk memperkirakan kadar kolesterol kita. Bagaimana dengan nilai RLPP Anda atau berapa panjang ikat pinggang Anda?

Sugeng Wiyono SKM MKes Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Jakarta II, Depkes RI