Tes Kadar Lemak Badan & Kadar Lemak Perut

Tes Kadar Lemak Badan & Kadar Lemak Perut

(Memakai OSIM OS-107 VF Scan)

Tanggal


Tinggi Badan (cm)


Pukul


Usia


Nama


Jenis Kelamin


Berat Badan (kg)


Lingkar Pinggang (cm)


JENIS PENGUKURAN

UKURAN

KETERANGAN

BMI




VFA




FAT




Indikasi Resiko Kesehatan




Konsultasi Gratis Hasil Pengukuran : Eliyati, Jl. Bangka V/13 Rt 8/3, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan Flexi: 021-70323166, hp 0811-105280


BODY MASS INDEX (BMI), untuk Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)

Kategori

BMI (kg/m2)

Risk of Co-morbidities

Underweight

< 18,5

Rendah, tetapi resiko terhadap masalah2 klinis lain meningkat

Batas Normal

18,5-22,9

Rata-rata

Overweight

> 23


At Risk

23-24,9

Meningkat

Obese 1

25-29,9

Sangat Meningkat

Obese 2

> 30

Berbahaya


LINGKAR PINGGANG dan Perbandingan antara lingkar pinggang dengan lingkar pinggul

Pengukuran

PRIA


WANITA



Resiko Meningkat

Resiko sangat meningkat

Resiko Meningkat

Resiko sangat meningkat

Lingkar pinggang

> 94cm

> 102cm

> 80cm

> 88cm

Perbandingan lingkar pinggang/lingkar pinggul

0.9

1.0

0.8

0.9


BODY FAT RATIO (% total lemak tubuh dibandingkan total berat badan)

Indikasi


Rendah

Rata2

Tinggi

Sangat Tinggi

Body Fat Ratio

Laki-laki

< 9,8%

10%-19,8%

20%-24,8%

> 25%


Wanita

< 19,8%

20%-29,8%

30%-34,8%

> 35%


VISCERAL FAT AREA (VFA) : (lemak yang berada disekitar organ2 internal tubuh/perut)

Indikasi

Rendah

Rata2

Tinggi

Sangat Tinggi

VFA

40

50-90

100-140

> 150


Kegemukan berarti kadar lemak jahat dalam darah (kolesterol, LDL, trigliscrid) tinggi terus. Selain karib dengan jantung koroner, orang obesitas bertetangga dengan kencing manis dan darah tinggi. Gemuk gudang penyakit. Penyakit
jantung, kencing manis, perlemakan hati, gampang jatuh sakit, kekebalan tubuh lebih lemah (cel mediated immune response terganggu dan aktivitas sel darah putih menurun), kekurangan seng dan zat besi, berisiko kalau pembedahan, umur lebih pendek dan harapan (life expectancy
). Sebuah statistik asuransi mencatat, cuma 60 persen orang obesitas bisa mencapai umur 60, bisa 90 persen jika kurus. Yang mencapai umur 70 sekitar 30 persen, 50 persen kalau bisa tetap kurus. Cuma 10 persen orang kegemukan yang masih hidup sampai umur 80, sedang peluang orang kurus bisa 30 persen.

(Dikutip dari "Umur Kita Di Nomor Ikat Pinggang!" oleh Oleh: Dr. Handrawan Nadesul)

Menurut MD Van Loan (1996) bahwa lemak tubuh yang berhubungan dengan penyakit jantung adalah timbunan lemak di dalam rongga perut. Sementara, Bjontorp (1991) menyatakan bahwa lemak di dalam rongga perut merupakan prediktor kuat terhadap penyakit jantung, pembuluh darah, dan diabetes melitus. Pakar lainnya, ML Wahlqvist (1977) bahwa lemak di dalam rongga perut merupakan pemicu untuk terjadinya diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidaemia, dan penyakit kardiovaskuler. Sedangkan menurut Ellissa Epel (2000) dari San Fransisco bahwa untuk wanita berbadan kurus yang sering stres akan meningkatkan sekresi hormon kortisol yang dapat memicu penimbunan lemak di rongga perut sebagai penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan stroke serta diabetes melitus.

Sebagai bukti dugaan tentang adanya kaitan antara lemak di dalam rongga perut yang dinyatakan dengan nilai RLPP dengan kadar kolesterol, maka telah dilakukan penelitian di Kota Surabaya. Hasilnya bahwa secara bermakna ada hubungan positif secara paralel antara RLPP dengan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan kolesterol total. Artinya, semakin tinggi nilai RLPP atau semakin banyak timbunan lemak di dalam rongga perut akan diikuti dengan tingginya kadar kolesterol LDL juga diikuti dengan meningkatnya kolesterol total.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kadar kolesterol LDL dan kolesterol total semakin panjang ikat pinggang seseorang orang tersebut. Atau kadar kolesterol LDL dan kadar kolesterol total berbanding lurus dengan panjang ikat pinggang. Untuk menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL, selain obat-obatan adalah dengan menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal. Sedangkan untuk kolesterol HDL, secara bermakna ada hubungan negatif secara paralel antara RLPP dengan kolesterol HDL (kolesterol baik). Artinya semakin tinggi nilai RLPP atau semakin banyak timbunan lemak di dalam rongga perut akan diikuti dengan merendahnya kadar kolesterol HDL. Secara sederhana dapat dikakan bahwa semakin panjang ikat pinggang seseorang, maka akan semakin rendah kadar kolesterol HDL orang tersebut. Atau kadar kolesterol HDL berbanding terbalik dengan panjang ikat pinggang. Untuk meningkatkan kadar kolesterol HDL, selain obat-obatan adalah dengan meningkatkan aktifitas fisik, menurunkan berat badan dan tidak merokok.

(Dikutip dari "Panjang Ikat Pinggang Mencerminkan Kadar Kolesterol" oleh: Sugeng Wiyono SKM Mkes, Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Jakarta II, Depkes RI)