Kegemukan dan Diabetes

Kegemukan dan Diabetes

Dr. Johanes Chandrawinata, M.N.D

KEGEMUKAN merupakan masalah kesehatan yang sering diabaikan oleh masyarakat kita. Bagi kebanyakan orang, kegemukan hanyalah sebagai kelebihan berat badan dan berkurangnya keindahan tubuh. Anggapan yang lebih "parah", kegemukan dianggap sebagai simbol kemakmuran seseorang. Sering kita dengar, sebutan cukong atau bos kepada seorang pria yang perutnya buncit.

Kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh kegemukan ini masih minim sekali. Hal itu tercermin dari hasil survei independen yang dilaksanakan di Jakarta pada November 2001 (data ada pada penulis) yang hanya 30% responden yang menyadari bahwa kegemukan adalah suatu penyakit kronis.

Kegemukan umumnya diukur sesuai dengan standar yang digunakan oleh WHO, badan kesehatan dunia, dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT). IMT diukur dengan rumus IMT = Berat Badan (kg): Tinggi badan2 (m2) sehingga satuannya adalah kg/m2. Untuk orang Asia, dianjurkan menggunakan klasifikasi IMT yang berbeda dengan orang Barat karena kadar lemak tubuh orang Asia lebih besar ketimbang orang Barat pada usia, jenis kelamin, dan IMT yang sama.

IMT juga menggambarkan kegemukan lemak tubuh sampai batas tertentu. Selain IMT, penting juga mengetahui lingkar pinggang. Lingkar pinggang menggambarkan banyaknya lemak dalam perut kita. Lingkar pinggang untuk pria sebaiknya kurang dari 90 cm dan untuk wanita kurang dari 80 cm. Ukuran lingkar pinggang ini penting untuk mengetahui risiko penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan gangguan kadar lemak darah (kolesterol dan trigliserida). Semakin besar lingkaran pinggang, risiko terkena penyakit-penyakit tersebut menjadi semakin besar.

Pada saat ini, di seluruh dunia sedang terjadi peningkatan angka kejadian kegemukan dan diabetes secara bersamaan. Beberapa pakar kedokteran menyebutnya sebagai wabah diabesity, yaitu gabungan antara diabetes dan obesity (kegemukan). Memang lebih dari 80% penderita adalah penderita kegemukan juga, seperti ditulis oleh Greenberg dam McDaniel dalam European Journal of Clinical Investigation tahun 2002. Pertanyaan yang mungkin muncul, "Bagaimana hubungan antara kegemukan dengan diabetes?

Kegemukan sering menimbulkan kondisi yang disebut sebagai peningkatan resitensi insulin. Definisi resistensi insulin adalah respons biologis tubuh yang abnormal berupa tingginya kadar insulin tubuh yang diperlukan untuk menjaga kadar gula darah dalam batas normal. Misalnya, untuk menjaga kadar gula darah dalam batas normal pada orang sehat hanya diperlukan 5 unit insulin, namun pada orang gemuk diperlukan 10 sampai 15 unit insulin.

Para ilmuwan telah meneliti fenomena ini dan menduga adanya peran dari resistin. Resistin merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh sel-sel lemak tubuh dalam timbulnya resistensi insulin ini. Sel-sel lemak dalam tubuh ternyata aktif menghasilkan berbagai jenis hormon dan senyawa lainnya dan sampai saat ini masih dalam proses penemuan. Setiap tahunnya penemuan demi penemuan baru menambah panjang daftar zat yang dihasilkan oleh jaringan lemak tubuh.

Penemuan resistin yang diduga sebagai penjelasan hubungan antara obesitas (kegemukan) dan diabetes masih perlu dipelajari lebih lanjut karena ternyata hubungan antara kadar resistin tubuh dan resistensi insulin ternyata tidak selalu linier. Dengan kata lain, kadar resistin yang tinggi tidak selalu menyebabkan timbulnya diabetes.

Kegemukan juga menyebabkan tingginya kadar sitokin darah seperti Tumor Necrosis Factor alpha dan IL-6 (Interleukin-6). Kedua jenis sitokin ini pada model penelitian terbukti memengaruhi produksi insulin oleh sel-sel beta di pankreas (walaupun efek klinis penemuan ini belum jelas). Jadi ada kemungkinan bahwa sitokin berpotensi menyebabkan resistensi insulin dan rusaknya sel-sel beta pankreas sehingga menimbulkan diabetes. Selain sitokin, kegemukan juga menyebabkan kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acids/FFA) meningkat dengan efek sama seperti sitokin.

Hubungan antara angka kejadian kegemukan dan diabetes yang erat ini masih merupakan ladang penelitian yang masih perlu digali lebih dalam oleh para pakar. Penemuan hormon dan senyawa baru dari jaringan lemak serta efek biologis terhadap seluruh tubuh masih dalam tahap perkembangan dan pemahaman akan berbagai mekanisme hubungan sebab akibat dalam tubuh kita akan sangat membantu dalam mencari pengobatan yang paling efektif dan aman untuk penyakit diabetes ini.

Juga perlu diingat, kegemukan sebagai awal malapetaka berbagai jenis penyakit ini sudah saatnya mendapat perhatian yang sepantasnya dan pengobatan semestinya, jangan dianggap remeh sebagai masalah keindahan tubuh semata-mata.

Dr. Johanes Chandrawinata, M.N.D., spesialis Gizi Medik RS St. Borromeus